Satelit GNSS memancarkan sinyal dalam bentuk gelombang elektro magnetik. Dalam perjalananya, gelombang elektromagnetik tersebut melewati suatu media yang disebut dengan atmosfer. Pada media ini sinyal mengalami pembelokan, sehingga jarak yang ditempuh dari satelit ke penerima dipermukaan bumi bukanlah jarak lurus melainkan jarak berbelok yang diakibatkan oleh adanya delay pada medium tersebut. Atmosfer sendiri dalam kasus perambatan sinyal GNSS terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian yang bersifat dispersif dan bagian yang bersifat non-dispersif. Bagian yang bersifat dispersif atau yang lebih dikenal dengan ionosfer merupakan medium dimana kecepatan perlambatan gelombang elektromagnetik sangat tergantung pada frekuensi gelombang tersebut, sementara bagian yang bersifat dispersif atau dikenal dengan troposfer kecepatan gelombang elektromagnetik tidak tergantung pada frekuensi gelombang tersebut.
Dalam penentuan posisi dengan GNSS, perlambatan yang terjadi baik pada lapisan ionosfer ataupun troposfer menimbulkan kesalahan sistematik pada posisi yang dihasilkan. Sehingga untuk menghindari hal tersebut diperlukan cara yang sistematik pula. Sebagai contoh untuk menghindari efek ionosfer, pengguna biasanya memanfaatkan receiver dual-frekuensi sehingga efek ionosfer bisa di kurangi dengan menerapkan proses ionosphere free linear combination. Sementara untuk mengurangi efek pada bagian troposfer pengguna biasanya bisa melakukan koreksi dengan model yang sudah ada, atau untuk mendapatkan ketelitian posisi yang lebih baik, total kesalahan yang terjadi pada medium ini diestimasi secara simultan dengan parameter lainnya pada saat penentuan posisi dilakukan. Total kesalahan pada medium troposfer ini dalam praktiknya dikenal dengan istilah Zenith Total Delay (ZTD). ZTD sendiri terdiri dari dua bagian yaitu: Zenith Wet Delay (ZWD), dan Zenith Hydrostatic Delay (ZHD). Hubungan antara ZTD, ZWD, dan ZHD dinyatakan dalam hubungan matematika sebagai berikut.
ZTD = ZWD + ZHD (1)
Nilai ZTD didapatkan melalui proses perhitungan secara PPP (Precise Point Positioning) pada pemrosesan modul RT-GNSS.
Nilai ZHD didapatkan melalui pemodelan. Pada modul SRGI, ZHD didapatkan dengan menggunakan model Saastamoinen sebagai berikut (Saastamoinen, 1972)
Adapun mapping function yang digunakan baik pada ZHD maupun ZWD adalah Global Mapping Function (GMF).
Modul ZWD akan terus dikembangkan untuk kebutuhan meteorologi. ZWD mengandung informasi penting terkait dengan kandungan uap air di udara (Precipitable Water Vapour - PWV) yang bisa dimanfaatkan untuk prakiraan cuaca.